Apa itu playing victim dan bagaimana cara menghadapinya? Pelajari selengkapnya dalam artikel ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
Pernahkah kamu mengenal seseorang yang seolah selalu menjadi korban dalam setiap situasi? Mungkin mereka memiliki mentalitas korban, yang terkadang disebut sindrom korban atau kompleks korban.
Apa itu Playing Victim?
“Playing victim” berarti seseorang melebih-lebihkan atau mengarang-arangi sebuah peristiwa, pengalaman, atau emosi untuk menggambarkan dirinya sebagai korban dalam situasi tersebut, padahal sebenarnya mereka bukan korban. Ini termasuk upaya untuk mengendalikan cerita dan memanipulasi peran mereka dalam suatu situasi agar terlihat seperti sesuatu telah terjadi pada mereka, padahal kenyataannya mereka berperan lebih besar dalam menciptakan apa yang terjadi daripada yang mereka akui. “Playing victim” sering digunakan untuk menghindari tanggung jawab atas sesuatu dan bisa terkesan seperti “pesta kasihan”.
Ciri-Ciri Playing Victim
Ada beberapa tanda yang menunjukkan seseorang mungkin sedang “playing victim”, diantaranya:
- Terus-menerus mengeluh tanpa mengambil langkah untuk memperbaiki situasi mereka.
- Berbicara seolah-olah situasi mereka selalu lebih buruk daripada orang lain, yang terkadang bisa terkesan seperti berusaha “mengungguli” atau “menambah-nambahi” rasa sakit atau kesulitan orang lain.
- Sering terlihat dalam keadaan “kasihanilah aku” atau bahkan terkesan konstant.
- Tampaknya berpikir semua orang menentang mereka atau mungkin bahkan “berusaha mencelakai” mereka.
- Tidak mau bertanggung jawab atas banyak hal, dan secara konsisten berpandangan bahwa orang lain yang harus disalahkan atas apa yang terjadi dalam hidup mereka.
Orang yang “playing victim” secara teratur sering melakukannya untuk mendapatkan belas kasihan atau perhatian, serta menghindari tanggung jawab. Namun, di balik perilaku ini, seringkali terdapat alasan yang mendasari.
Penyebab Playing Victim
Ada beberapa alasan mengapa seseorang mungkin mengadopsi perilaku playing victim, di antaranya:
- Memanfaatkan kecenderungan orang lain untuk peduli, karena ketika mendengar cerita sedih, orang lain sering kali menyatakan dukungan, berempati pada individu tersebut, dan ingin membantu mereka.
- Menghindari mengambil tanggung jawab atas sesuatu yang terjadi dalam hidup mereka. Mereka lebih suka menyalahkan orang lain daripada mengambil tindakan untuk memperbaiki sesuatu.
- Manipulasi seperti gaslighting, misalnya ketika orang tersebut melakukan kekerasan, untuk membuat seolah-olah orang yang mereka tindas sebenarnya adalah orang yang “bersalah” dan pelaku kekerasan lah yang sedang didzalimi. Dalam kasus tersebut, “playing victim” dapat mengumpulkan simpati sekaligus memiliki bonus tambahan membuat orang yang sebenarnya dilecehkan terlihat seperti orang yang bermasalah.
Cara Menghadapi Orang yang “Playing Victim”
Tanggapi Seadanya dan Hindari Terlibat Lebih Lanjut
Jika setelah menawarkan ide agar orang tersebut bisa melakukan sesuatu, kamu melihat mereka tidak mengambil langkah tindakan untuk berubah, berhentilah menawarkan saran karena orang tersebut sekarang telah mengkomunikasikan kepada kamu bahwa mereka sebenarnya tidak ingin berubah. Mereka hanya ingin mengeluh, yang berarti kamu cukup mendengarkan dan bersimpati alih-alih membantu dengan saran pemecahan masalah.
Tetapkan Batasan
Tetapkan batasan tentang berapa banyak waktu yang kamu habiskan dengan orang ini ketika mereka sedang dalam kondisi “kasihanilah aku” karena kenyataannya hal itu bisa menguras energi. Tidak apa-apa untuk kamu menetapkan batasan demi kesehatan mental dan kesejahteraan dirimu sendiri.
Cara Menghentikan Kebiasaan “Playing Victim”
Jika kamu termasuk orang yang terkadang “playing victim”, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk menghentikan kebiasaan ini:
Akuntabilitas Diri
Amatilah apakah kamu sedang mempertimbangkan peranmu sendiri dalam apa pun yang terjadi dan berupayalah untuk bertanggung jawab atas kontribusimu. Jika kamu merasa tidak ada yang menjadi tanggung jawabmu dan kamu selalu mencari orang lain yang bertanggung jawab atas situasimu, itu seharusnya menjadi peringatan bagimu.
Hilangkan Sikap “Kasihanilah Aku”
Perhatikan apakah kamu selalu menyalahkan orang lain atas segala hal, bersikap “kasihanilah aku”, dan merasa perlu “mengungguli” pengungkapan kesulitan orang lain. Jika kamu menyadari perilaku tersebut, maka ambil tindakan nyata untuk menghentikannya.
Tingkatkan Empati
Pelajari tentang empati dan latihlah perilaku tersebut dengan berinteraksi dengan orang lain secara empatik sehingga kamu memberi ruang yang cukup bagi orang lain dan pengalaman mereka. Pastikan kamu mendengarkan secara aktif dan merenungkan apa yang dikatakan seseorang alih-alih mengalihkan perhatian kembali ke diri sendiri.
Cari Bantuan Profesional
Jika kamu kesulitan untuk berubah sendiri, kamu selalu bisa mempertimbangkan untuk bertemu dengan penyedia layanan kesehatan mental. Mungkin hanya perlu beberapa sesi untuk melihat perubahan nyata dalam cara berpikir dan berperilaku kamu.
Selain informasi di atas, kamu juga bisa dapatkan informasi menarik lainnya di OLX. Download juga aplikasi OLX di Google Play Store dan App Store segera!