Senin, Desember 16, 2024
Lainnya
    Bisnis dan KeuanganTren Industri Otomotif 2024: Inovasi dan Adaptasi Jadi Kunci di Tengah Pergeseran...

    Tren Industri Otomotif 2024: Inovasi dan Adaptasi Jadi Kunci di Tengah Pergeseran Pasar

    Tren Industri otomotif roda empat di Indonesia sedang menghadapi tantangan yang cukup berat. Harga mobil baru yang terus naik, suku bunga tinggi, dan daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya membuat penjualan mobil baru cenderung stagnan. Namun di sisi lain, tren kendaraan listrik meningkat. 

    Dari hasil survei yang dilakukan oleh MarkPlus, Inc. ada temuan yang cukup menarik terkait tren industri otomotif di 2024 ini. Survei menunjukkan bahwa 56% konsumen merasa harga mobil baru sudah kemahalan.

    - Advertisement -

    Hal ini diperparah dengan tingginya bunga leasing, mengingat 80% konsumen di Indonesia membeli mobil secara kredit. Alhasil, banyak yang beralih ke mobil bekas (used car) untuk mendapatkan value yang lebih baik.

    Diskusi Industri Otomotif 2024

    - Advertisement -

    “Annual income dengan harga mobil sudah jauh gap-nya. Dan harga tersebut juga makin diperparah dengan tingkat suku bunga yang tinggi. Studi kami menunjukkan bahwa 56% konsumen menganggap harga mobil baru terus meningkat di luar kemampuan pendapatan mereka,” terang Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc., dalam sebuah diskusi yang diinisiasi oleh Forum Wartawan Otomotif (FORWOT) bersama MarkPlus , Inc. bertema “Navigating The Future of The 4W Industry” yang berlangsung di Jakarta, Rabu (6/11/2024).

    - Advertisement -

    Tren Kendaraan Listrik Meningkat

    mobil listrik (4)

    Akan tetapi di tengah lesunya pasar mobil konvensional, pada kenyataannya kendaraan listrik justru menunjukkan tren positif. Mobil listrik (EV) kian diminati, terutama oleh para tech enthusiast dan konsumen yang visioner.

    Iwan Setiawan menyebut bahwa konversi dari awareness ke action pada konsumen EV juga lebih tinggi dibandingkan mobil konvensional (ICE).

    “Saat ini EV memang lebih menarik. Konversi dari awareness ke action-nya (beli mobil) lumayan tinggi. Kalau pada mobil ICE cuma 0,2, sementara untuk EV di 0,3. Konversi lebih bagus EV,” terangnya. 

    Menurut Iwan, brand-brand otomotif raksasa dengan produk konvensional, cenderung minim akan improvement. Sedangkan banyak brand otomotif baru yang masuk Indonesia datang dengan produk yang full teknologi baru, khususnya elektrifikasi.

    Ini pula yang menjadi salah satu alasan mengapa tren penjualan kendaraan listrik terus meningkat, walau angkanya belum terlalu signifikan. 

    “Konsumen sedang berada di persimpangan, antara memilih untuk membeli mobil baru dari brand ternama serta tepercaya dengan improvement yang begitu-begitu saja tapi harganya makin mahal. Atau membeli mobil dengan teknologi elektrifikasi yang sudah canggih dari brand-brand China yang baru masuk ke Indonesia, harga lebih murah, namun belum dapat kepercayaan penuh dari konsumen,” tegas Iwan Setiawan. 

    Kondisi ini pada akhirnya menjadi penyebab terjadinya stuck. Kelas bawah gak mampu beli, di kelas atas, meski mampu beli tapi gak nafsu. 

    Strategi Omnichannel dan Inovasi Teknologi

    Diskusi Industri Otomotif 2024

    Menghadapi tantangan ini, Iwan Setiawan menekankan kepada para pelaku industri otomotif, khususnya merek-merek kendaraan akan pentingnya strategi omnichannel yang memadukan penjualan online dan offline.

    Karena dari hasil survei juga menyebutkan bahwa 56,2% konsumen masih mengandalkan internet untuk mencari informasi seputar mobil. Webrooming (mencari informasi online sebelum membeli offline) menjadi tren yang cukup dominan.

    “Discovery di dunia online sangat besar. Semua informasi terkait sebuah mobil baru didapat calon konsumen lewat online, namun tetap memilih untuk membeli secara offline,” jelasnya.

    Selain itu, inovasi teknologi juga jadi kunci penting bagi para produsen otomotif. Mereka harus mampu menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen di era modern, termasuk di segmen kendaraan listrik.

    Karena setiap mobil baru yang meluncur pasti ada demand disana, selama itu benar-benar model baru, bukan refreshment.

    Menurutnya, untuk merespon tantangan saat ini, para pelaku industri harus mengembangkan strategi yang tepat, seperti:

    • Menawarkan produk dengan harga terjangkau.
    • Membangun brand yang kuat dan inovatif.
    • Meningkatkan customer engagement melalui digital marketing.

    “Dari sisi produk harus seimbang. Ada produk yang harganya terjangkau, namun di sisi lain harus ada produk yang bisa membangun kekuatan sebuah brand. Produk yang full inovasi bisa meng-capture konsumen di level atas, dan produk dengan harga terjangkau bisa capture di level menengah ke bawah,” tuntasnya. 

    Di tengah berbagai tantangan dan perubahan tren saat ini, industri otomotif harus mampu beradaptasi dan berinovasi untuk tetap bertahan dan berkembang. (Z)


     

    Populer
    Berita Terkait